[Pesantren][bsummary]

CORETAN SANTRI

[Coretan Santri][bsummary]

PENA ABUYA

[Pena Abuya][bigposts]

PENA ABUYA

[Pena Abuya][twocolumns]

CORETAN SANTRI

[Coretan Santri][twocolumns]

SANTRI

[Santri][bsummary]

ALUMNI

[Alumni][bsummary]

URGENSITAS SANAD DAN SOSOK MURABBI DALAM MENAPAKI JALAN THALIBUL ILMI

URGENSITAS SANAD DAN SOSOK MURABBI

DALAM MENAPAKI JALAN THALIBUL ILMI
Oleh: Admin

Hadirnya revolusi internet telah  menimpakan banyak problem yang harus segera kita tangani, salah satunya  adalah problem kacaunya pemahaman keagamaan ditengah-tengah umat, sebagai akibbat dari menjamurnya media social yang dibungkus dengan arus globalisasi.

Hal ini meniscayakan kita untuk mengetengahkan kembali pentingnya bersikap selektif dalam menyerap informasi dan materi-materi keagamaan,dengan memilih hanya dari sumber-sumber yang jernih: yang jelas sanad keilmuannya, yang materi-materi kajiannya tidak kontroversial, dan kriteria-kriteria semisalnya, sebagaimana diuraikan dalam kiab-kitab basic di pesantren semacam Ta’limul-Muta’allim.

Mari kita berfikir jernih sebentar, Secara sederhana dapat kita rumuskan, bahwa rusaknya pemahaman keagamaan yang beredar di tengah-tengah umat itu datang dari tiga sumber.

Pertama, dari kalangan yang terobsesi oleh apa yang mereka sebut “kemurnian agama”. Sehingga mereka merasa tidak membutuhkan perangkat-perangkat apapun untuk memahami agama, dan karena itu mereka langsung menuju sumber utamanya. Yaitu al-quran dan al-hadist. Atas nama  kemurnian agama. Mereka mengklaim bahwa merujuk pada sumber-sumber selain kedua kitab itu adalah tidak otentik, dan bisa mengontaminasi pemahaman agama kita, sehingga menjadi tidak murni. Untuk itu, mereka membangun metodelogi mereka sendiri, yang selanjutnya kita kenal dengan metodelogi tektual. Karena itu, kelompok ini kita kenal dengan kelompok tekstualis.

Kedua, datang dari kalangan yang terobsesi dengan apa yang mereka sebut “ pengembangan atau pembaharuan”. Kelompok ini merupakan antithesis dari kelompok pertama, dimana mereka justru tidak mau berpegang sama sekali terhadap teks al-quran dan al-hadist. Mereka menduga bahwa pembacaan terhadap teks yang apa adanya adalah kebodohan, dan itu mengerdilkan terhadap agama dan para pemeluknya. Karena itu, mereka justru mengikutkan teks pada peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang terjadi, dengan cara melakukan penafsiran dan penakwilan tanpa mengindahkan metodelogi yang dirumuskan para ulama. Malah,  mereka meminjam metodelogi para orientalis barat yang non-muslim. Kelompok ini selanjutnya kita kenal sebagai kalangan liberalis.

Ketiga, datang dari kelompok yang tidak ilmiah sama sekali, mereka bukan sebagaimana kelompok pertama yang sangat berpegang pada nash, meskipun dalam kader yang sangat kebablasan. Mereka juga bukan pengaplikasi metodelogi dan pikiran-pikiran ilmuwan barat sebagaimana kelompok kedua. Mereka adalah orang-orang tidak berilmu, tetapi pandai berbicara, dan sialnya orang-orang awam justru gandrung dengan mereka; mengundang mereka pada forum forum tertentu, lalu mereka berbicara banyak hal soal perkara agama dan bahkan sampai berani berfatwa. Di zaman yang telah dilingkupi oleh media social seperti saat ini, keberadaan mereka semakin menjamur. Meskipun demikian carut-marut yang terjadi di tengah-tengah umat, tetaplah scenario allah tidak aka ada yang bisa menghalangi dari apa yang telah di tetapkan allah, sebagaimana yang telah termaktub didalam kalam hikmah ibnu athaillah :

 وما كان عطأ ربّك محظورا

Dan pemberian Tuhanmu tidak dilarang

Bagaimanapun, rusaknya pemahaman dan amaliah keagamaan umat dewasa ini tak lain karena ulah salah satu atau gabungan dari tiga kelompok yang irasional di atas. Dan. Jika kita hendak menemukan akar masalah penyebab dari irasionalnya ketiga kelompok diatas , maka secara ringkas dapat disimpulkan, bahwa penyebabnya adalah karena mereka mengambil ilmu-ilmu atau ajaran-ajaran islam tidak sebagaimana seharusnya; tidak komprehensif, tidak runtut, dan tenpa kesinambungan sanad keilmuan dan pengalaman. Hal itu bisa dijelaskan begini:

Bahwa untuk mendapatkan pemahaman yang benar tentang islam dalam berbagai aspeknya, diperlukan terhimpunnya tiga komponen penting secara lengkap. Jadi ketiga komponen ini tidak boleh ada yang tertinggal. Ketiganya adalah;  pertama nassh atau sumber rujukan yang dalam hal ini adalah al-quran dan al-hadist; kedua adalah metodelogi yang baku untuk menggali pemahaman dan hukum dari nash; ketiga adalah ulama yang memiliki kemampuan khusus sehingga bisa mengaplikasikan metodelogi terhadap nash, berkaitan dengan peran penting  ulama (murabbi) dalam proses mencari ilmu, sudah barang tentu disitu yang dimaksud  adalah seorang Sosok yang sanad keilmuannya musalsal, dimana sanad itu diperoleh melalui proses belajar secara langsung antara murid dengan murabbi. Sehingga didalam pribadi sosok itulah ada berbagai macam multi kurikulum ilmu dan multi demensial yang dapat pilih oleh seorang murid secara langsung sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan murid. dari sudut mana murid mau mengambilnya, itu semua tergantung pada pribadi murid masing-masing.

Nah, jika ketiga komponen itu telah lengkap lalu dipadukan, maka akan terlahir pemahaman agama yang utuh. Namun, jika tidak lengkap, misalnya hanya ada nash atau sumber rujukan (al-Quran dan al-hadist), tetapi tidak ada metodelogi dan ulama, dalam arti orang awam secara langsung merujuk langsung pada nash (al-Quran dan al-hadist ), maka ditakutkan akan melahirkan pemahaman-pemahaman yang keliru, irasional dan menyesatkan. Begitupun halnya jika hanya ada ulama dan nash, tetapi tidak memakai metodelogi baku tentu juga akan melahirkan paham yang irasional, seperti para memikir liberal yang menggunakan metodelogi tidak baku (mengadopsi metodelogi orientalis barat) dalam menggali pemahaman dari nash.

Salah satu lembaga yang berperan penting dalam menjaga orisinalitas keilmuan yang sanad keilmuaannya tidak diragukan adalah pesantren. Hingga saat ini pesantren masih memegang teguh pertanggungjawaban dan perizinan dalam pengajaran ilmu yang jelas dan terpercaya. Hal ini bisa dilihat dari setiap pelajaran yang diajarkan dipesantren pasti memiliki kesinambungan sanad dari satu guru ke guru sebelumnya hingga ke pengarang kitabnya, lalu tersambung lagi hingga ke Rosulullah Saw. Inilah yang menjadikan ajaran islam terus terjaga kemurniaannya, baik dari sisi pemahaman maupun kualitasnya. Saking pentingnya sanad keilmuan sehingga imam Abdullah bin al-Mukbarak mencercah didalam kalamnya:                  

 يرتقي السّطح بلا سلّم مثل الّذى يطلب أمردينه بلا اسناد كمثل الّذى

                “ perumpamaan orang yang mencari urusan agama tanpa sanad seperti halnya orang yang naik ke atap tanpa melalui tangga.” Dengan adanya sanad inilah, kesinambungan dan kemurnian ajaran islam terus terjaga hingga yaumu as-sa’ah.

     Imam muslim pernah meriwayatkan perkataan imam ibnu sirin, salah satu ulama besar dari kalangan tabi’in;

انّ هذالعلم دين فانظروا عمّن تأخذون دينكم

“ sesungguhnya ilmu ini adalah agama. Maka dari itu, perhatikanlah dari siapa kalian mengambil agama kalian.”

    Maqalah imam ibnu sirin diatas menegaskan bahwa dalam memilih guru harus benar-benar orang yang ahli dan bisa di percaya, tidak boleh sembarangan.

    Di pesantren pada umumnya ketika hendak mengaji pasti di awali dengan tawasul pada pengarang kitab yang dikaji serta pada guru-gurunya, guna untuk terjaganya sanad keilmuan yang di miliki seorang guru, disamping mengajari santrinya tentang betapa urgensinya suatu sanad keilmuaan,disamping itu juga demi menghindari dari taglid buta. Sehingga para santri yang mengaji benar-benar tahu dari mana ilmu itu di ambil. Tentu akan berbeda antara orang yang mengetahui sumber ilmunya dengan orang yang tidak tahu. Orang yang tahu sumber ilmunya akan lebih mantap ketika mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

    Al-hasil. Ada beberapa poin yang perlu digaris bawahi, yaitu sanad memiliki ugensitas yang sangat tinggi, baik didalam periwayatan al-quran, al-hadist, maupun ilmu-ilmu yang lain. Kesinambungan sanad di antara para ulama di zaman ini hingga ke Rosulullah Saw. Inilah  yang menjadikan ajaran agama islam tetap terjaga orisinalitasnya, sehingga orang-orang yang tidak bertanggung jawab tidak mudah mendistorsikannya. SEMOGA BAROKAH….!

 

 

1 comment: