Dalam Situasi Sukses, Nafsu Mendominasi Perasaan. Dalam Situasi Sulit Nafsu Nyaris Kehabisan Ruang.
Dalam Situasi Sukses, Nafsu Mendominasi Perasaan. Dalam Situasi Sulit Nafsu Nyaris Kehabisan Ruang
(Catatan pribadi dari kajian kitab Hikam Karya syekh Ibnu Athoillah Al-sakandari bersama KH. Machfudz Syaubary. MA.)
Nafsu adalah keinginan untuk berada pada zona nyaman yang tak berkesudahan. Seperti ingin makan enak terus-terusan. Beli barang apa pun melebihi kebutuhan. Merayakan pesta secara berlebihan. Bahkan masuk juga dalam kategori nafsu adalah menikmati zona nyaman pada perilaku bermalas-malasan.
Sebagian orang untuk keluar dari zona keterpurukan saja butuh banyak pengorbanan, bahkan untuk berani mengakui keterpurukan harus terlebih dahulu berproses dengan banyak ketersinggungan. Marah, karena dianggap gagal, atau bahkan dianggap tak berguna.
Lalu suatu ketika kita berhasil mencapai zona nyaman. Nafsu yang mendominasi akan berbisik untuk menyatakan kehebatan diri, mengabaikan perasaan orang lain dengan arogansi berlebihan yang mengintimidasi. Pada level yang lebih parah kita akan bersembunyi dari kekurangan diri dengan kekuasaan yang kita miliki. Itu adalah gangguan jiwa yang disebut SUPERIORITY COMPLEX. Karenanya para cendekiawan muslim zaman dulu lebih menyukai situasi sulit, agar bisa terus bergerak dan berjuang secara fisik, mental, bahkan harta benda. Dengan demikian keluar dari "bujukan" zona nyaman adalah sebuah terapi jiwa demi sebuah kemanfaatan terhadap sesama.
.Sebaliknya, ada orang-orang yang nyaman dengan zona keterpurukan. Merawat level rendah dalam diri dengan kalimat ikhlas dan sabar. Terlalu sering mengais falidasi tentang diri sendiri agar dimaklumi orang lain saat enggan berjuang. Itu adalah gangguan jiwa yang disebut INFERIORIRITY COMPLEX. Di mana penderitanya selalu merendahkan kualitas diri sendiri. Dan biasanya dekat dengan segala bentuk ketersinggungan.
Labels:
Coretan Santri
No comments:
Post a Comment