Pelit Bikin Stres
Pelit Bikin Stres
Telah menceritakan kepada kami Musa telah menceritakan kepada kami Wuhaib telah menceritakan kepada kami Ibnu Thawus dari bapaknya dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda:
"Perumpamaan orang pelit dan orang dermawan itu seperti 2 orang yang pergi berperang di mana mereka mengenakan perisai di dada. Bagi orang yang berinfaq pakaian perisainya akan menjadi semakin panjang dan mampu melindungi seluruh badan. Sedangkan yang kikir semakin lama perisainya semakin menyusut".
Dikisahkan tentang Sahabat Abdurrahman Bin Auf yang kekayaannya saat wafat mencapai 3.2 juta dinar atau setara 6.2 sekian triliun rupiah (sekarang). Rasulullah SAW mengatakan jika kelak sahabat Abdurrahman Bin Auf adalah sahabat yang paling akhir masuk surga karena hartanya. Lalu setelahnya ia pun rajin menginfaqkan semua kekayaannya untuk jalan Allah. Tapi justeru hartanya semakin bertambah. Dari situ kemudian terpikir di benak saya, "Barangkali paling akhirnya Abdurrahman Bin Auf masuk surga, seperti penumpang pesawat kelas VIP? Yang baru masuk setelah semua penumpang dan kru sudah masuk terlebih dahulu agar penumpang VIP tak perlu menunggu. Bukankah para penumpang kelas VIP memang mengeluarkan uang lebih besar dari penumpang kelas biasa?"
Apakah lantas para sahabat merasa cukup & bangga dengan ibadahnya, lalu berhenti bekerja? Tentu tidak.
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ هَلۡ أَدُلُّكُمۡ عَلَىٰ تِجَٰرَةٖ تُنجِيكُم مِّنۡ عَذَابٍ
أَلِيمٖ ١٠
"Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?". (QS. As-Shaff : 10).
تُؤۡمِنُونَ
بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَتُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِكُمۡ
وَأَنفُسِكُمۡۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ١١
"(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui". (QS. As-Shaff : 11).
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوۡمِ ٱلۡجُمُعَةِ فَٱسۡعَوۡاْ إِلَىٰ ذِكۡرِ ٱللَّهِ وَذَرُواْ ٱلۡبَيۡعَۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ٩
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kalian mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik jika kalian mengetahui”.(QS. Al-Jumu’ah : 9 – 10).
Ayat-ayat tersebut diturunkan karena pada zaman itu Rasulullah & para sahabat menjadi figur manusia beriman yang pekerja keras demi kemaslahatan sebagai sebuah bangsa. Titahnya bukan untuk bekerja, tapi untuk beristirahat & menginvestasikan tenaga dengan tepat. (Gus. H. Fahmi. Pacet. Mojokerto).
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda yang artinya;
"Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama." "Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya serta baik amalnya".
Bekerja, mengatur polanya, mengusahakan income yang stabil, mengatur keuntungan dengan baik. Lalu bisa berinfaq. Demikian pola hidup para sahabat pada masa itu.
Dalam pandangan psikologi pernah dilakukan penelitian di Australia, tepatnya di QUT (Queensland University of Technology) sebuah eksperimen ekonomi dengan mengukur detak jantung. Dalam eksperimen tersebut dilakukan tawar menawar finansial dan terbukti, mereka yang cenderung kikir akan memberikan tawaran rendah, lalu terjadi peningkatan detak jantung yang mirip dengan kondisi orang yang stres.
Sementara yang cenderung dermawan, tak keberatan dengan penawaran tinggi, dan hasil detak jantungnya tetap stabil, dari situ para peneliti menyatakan bahwa tindakan sedekah/charity mampu meningkatkan kesehatan & kebahagiaan. Orang yang pelit, akan mudah dihinggapi kecemasan. Khawatir kehilangan benda mati yang sebenarnya bisa dicari lagi.
Pelit pada diri sendiri barangkali tak ada pengaruh bagi orang lain. Tapi bisa jadi kerugian pada diri sendiri menimbulkan perilaku tidak terpuji yang berpengaruh pada kehidupan sosial sehari-hari. Contoh sederhana, ingin makan tapi tak mau keluar uang, juga enggan keluar tenaga.
Lalu pelit pada orang lain. Enggan berempati atas kesulitan kerabat bahkan teman dekat. Jika pun memberi akan terus mengungkit sampai dibawa mati.
Hemat adalah mengukur pengeluaran. Berguna untuk pendanaan pada kebutuhan tak terduga.
Sedangkan pelit adalah tak mau mengeluarkan sedikit pun penghasilan. Kekhawatiran lebih mendominasi perasaan dibandingkan rasa syukurnya.
Bukankah selain bisa menerima dengan senang hati. Manusia juga bisa memberi dengan setulus hati?!
Labels:
Coretan Santri
No comments:
Post a Comment