Dari Merdeka Menuju Kedaulatan Bangsa
Oleh: Abuya KH. Mahfudz Syaubari, MA.
Setelah melalui
revolusi disusul dengan
resolusi, bangsa ini dapat melepaskan diri dari cengkeraman para penjajah yang telah sekian abad
bercokol di bumi pertiwi ini. Tidak
cukup berhenti di sini saja, karena berdirinya sebuah negara baru perlu mendapatkan pengakuan dunia internasional melalui diplomasi-diplomasi luar negeri. Hal itupun juga telah dilakukan
oleh para tokoh bangsa kita yang diprakarsai oleh Haji Agus Salim dkk. mulai dari pengakuan
Mesir, disusul negara-negara lain seperti Libanon, Suriah, Irak, Arab Saudi, dan Yaman.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa keberhasilan ini adalah merupakan buah hasil pendidikan yang murni dari para da'i yang dilandasi dengan ajaran risalah nabawiyah. Yang mengajarkan betapa pentingnya rasa cinta tanah air sebagaimana semboyan:
Øُبُّ اْلوَØ·َÙ†ِ Ù…ِÙ†َ اْلإِÙŠْÙ…َانِ
"cinta tanah air adalah sebagian
daripada iman"
Perlu kita tengok kembali bagaimana rosulullah Saw mendidik para sahabatnya di tengah kejayaan Romawi yang sudah berusia
4000 tahun lebih
dulu dan juga Persia yang sudah berusia 2000 tahun. Tentunya
hal ini merupakan tantangan yang sangat luar
biasa, dimana rosulillah Saw membawa sebuah peradaban baru diantara dua peradaban dunia yang sedang jaya. Namun
kita ketahui bahwa sama sekali Beliau Saw
tidak sedikitpun mengintip atau bahkan melakukan study banding terhadap keduanya
atau salah satu diantara Persia dan Romawi.
Pada
kenyataannya rosulullah Saw tidak membutuhkan ribuan tahun untuk dapat mensukseskan peradaban Islam dan menyebarkannya ke seantero dunia.
Hanya dalam masa 23 tahun Beliau
berhasil menyampaikan amanah risalah nabawiyah yang ditandai dengan
pernyataan Allah Swt. dalam
QS: Al Maidah: 3 :
ٱلۡÙŠَÙˆۡÙ…َ
Ø£َÙƒۡÙ…َÙ„ۡتُ Ù„َÙƒُÙ…ۡ دِينَÙƒُÙ…ۡ ÙˆَØ£َتۡÙ…َÙ…ۡتُ عَÙ„َÙŠۡÙƒُÙ…ۡ Ù†ِعۡÙ…َتِÙŠ Ùˆَرَضِيتُ Ù„َÙƒُÙ…ُ
ٱلۡØ¥ِسۡÙ„َٰÙ…َ دِينٗاۚ
"...pada
hari ini Aku telah menyempurnakan bagi kalian agama kalian dan telah Aku sepurnakan nikmatku atas kalian
dan Aku rela Islam sebagai
agama kalian.."
Artinya rosulullah Saw telah sukses mendidik manusia
sebagai manusia seutuhnya baik dalam segi material,
sosial dan spiritual. Inilah
sebenarnya kedaulatan pendidikan yang harus dipertahankan, didalamnya terdapat alaqoh
robbaniyah antara guru dan murid sebagaimana hubungan
rosulullah Saw dan para sahabat
yang begitu erat dan melekat,
sehingga melalui model pendidikan ini (uswah hasanah)
akan dapat mencetak generasi yang bermoral dan
profesional dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai
manusia dan warga
negara sesuai dengan
talenta dan potensinya.
Berikutnya,
dalam mengemban amanah kemerdekaan diperlukan kedaulatan dalam pelayanan (politik kebangsaan). Dalam hal ini kita dapat
ambil ibroh dari Sayyidina Umar bin Khottob ra. disaat
menjabat sebagai kholifah (pemimpin).
Beliau tidak dapat merebahkan
punggungnya di siang hari karena harus bertanggung jawab kepada rakyat dan begitupula di malam hari karena harus bertanggung jawab
kepada Allah Swt. Artinya
kepemimpinan adalah merupakan sebuah amanah ro'iyyah yang hanya layak diduduki
oleh seseorang yang memiliki daya pelayanan dan pengayoman terhadap masyarakat dan tidak sedikitpun
dapat didekte oleh orang atau kelompok yang berkepentingan.
Bangsa
Indonesia merupakan bangsa yang memiliki penduduk terbanyak ke empat di dunia setelah
Amerika Serikat. Jumlah
penduduk yang hampir
mencapai 274 juta jiwa tentunya
memerlukan multi pelayanan
baik sandang, pangan,
papan maupun medikal,
transportasi yang meliputi
darat, laut maupun udara.
Pada
tanggal 17 Agustus jalan raya dipenuhi dengan bendera dan umbul- umbul yang beraneka warna, gemerlap lampu
hias menyinari balai dan perkantoran swasta
maupun negeri bahkan ragam perlombaan dan konser musik juga ikut serta memeriahkan HUT RI. Bukannya
hal ini tidak boleh terjadi
akan tetapi seharusnya hari ini adalah
merupakan momen yang sangat tepat untuk mengenang jasa perjuangan para pahalawan bangsa. Kita ketahui saat
ini Indonesia masih berada di Era Bonus Demografi dimana terdapatkan kurang lebih 40 juta
generasi muda yang perlu menjadi
perhatian bersama guna menggali berbagai potensi dan talentanya dalam memenuhi
semua kebutuhan hidup
kita dalam berbangsa dan bernegara.
Disadari
ataupun tidak berbagai korporasi telah berdiri di negeri ini, namun yang terjadi adalah menjadikan mayoritas
bangsa sebagai buruh yang harus tunduk pada majikannya. Kultur budaya sedikit
demi sedikit hilang
tanpa terasa bahkan
moral dan aqidah juga tergadaikan dengan sia-sia.
Inilah
tantangan di depan mata yang harus kita perjuangkan bersama, dengan sinergi antar elemen bangsa mulai dari
cendekia, akademisi, praktisi, profesional, habaib
dan kyai tentunya tidak mustahil akan dapat mendirikan berbagai korporasi yang bukan hanya berorientasi materi namun
akan dapat mengembalikan harga diri bangsa sebagai
mitra bangsanya sendiri
bukan menjadi kacung-kacung bangsa lain.
Multi
korporasi yang berorientasi ganda disamping diharapkan dapat menjadi wadah yang memproduksi multi keperluan bangsa,
sekaligus dapat mengembalikan bahkan
menciptakan pembentukan moral, sosial dan spiritual yang seimbang dalam rangka
menggapai kedaulatan yang diridloi Allah Swt.
No comments:
Post a Comment